Jumat, 30 Oktober 2015

Sistem Nilai Tukar




Klasifikasi sistim nilai tukar:

  1. Tetap (fixed)
  2. Mengambang bebas (freely floating)
  3. Mengambang terkendali (managed float)
  4. Terpatok (pegged


Sistim Nilai Tukar Tetap (Fixed Exchange Rate System)

Sistim nilai tukar tetap adalah sistim moneter (nilai tukar) yang dibuat konstan atau dibiarkan berfluktuasi dalam batas-batas yang sangat sempit. Jika nilai tukar bergerak/berubah terlalu tajam, pemerintah dapat melakukan intervensi untuk mempertahankan dalam batas-batas yang dikehendaki.

Perjanjian Bretton Woods (Bretton Woods Agreement) tahun 1994 di New Hampshire, AS telah menetapkan kurs tetap dimana tiap valuta dinilai berbasis emas dan semua valuta relatif sama satu sama lainnya.  
Contoh dolar AS dinilaisebsar  ons emas.
                                                               35
Pemerintah akan melakukan intervensi dalam pasar valas agar nilai tukar tidak bergerak lebih dari 1% di atas atau di bawah nilai tukan yang telah ditentukan. Perjanjianini berlakukusampai dengan tahun1971.

Ternyata selama diberlakukannya perjanjian Bretton Woods ini AS mengalami defisit neraca perdagangan yang mengidikasikan nilai dolar terlalu tinggi dan pemakaian dolar untuk membeli barang-barang luar negeri melampaui permintaan dolar oleh negara-negara lain untuk membeli barang yang berdenominasi dolar. Akhirnya pada tahun 1971 mulai kelihatan bahwa nilai sejumlah valuta harus disesuaikan dalam rangka menciptakan arus pembayaran antarnegara yanglebih beimbang.

Kondisi ini telah menunculkan perjanjian Smithsonian (Smithsonian Agreement) pada bulan Desember 1971, dalamklausulnya:

  1. Meminta devaluasidolarAS sebesar 8% terhadapvaluta-valutalain.
  2. Batas-batas fluktuasi valuta diperluas menjadi ± 2,25% dari kurs yang sebelumnya disetujui bersama.

Akan tetapi, kondisi ketidakseimbangan neraca pembayaran terus belanjut dan pada Februari 1973 dolar AS didevaluasi kembali. Akhirnya sejak Maret 1973, sebagian besar pemerintah negara tidak lagi mempertahankan nilai valuta mereka masing-masing dalam batas-batas yang disepakati dalam perjanjian Smithsonian.

Sistim Nilai Tukar Mengambang Bebas (Freely Floating Exchange Rate)

Sistim nilai tukar mengambang bebas adalah sistim moneter dimana nilai tukar dibiarkan bergerak mengikuti kekuatan-kekuatan pasar tanpa intervensi dari pemerintah.

Keunggulan:

  • Apresiasi dandepresiasi suatu valuta ditentukan oleh permintaan atas barang-barang di pasar global.
  • Bank sentral tidak diwajibkan untuk mempertahankan nilai tukar alam batas-batastertentu.

Para investor akan mengiventasikan dananya di negara-negara yang memiliki suku bunga paling tinggi.

Kelemahan:

  • Pada negara-negara yang sedang bermasalah (mis: meningkatnya pengangguran), penerapan sistim nilai tukar mengambang bebas akan memperparah keadaan dimana mata uang negara yang bersangkutan akan terusmengalami apresiasi karenapermintaan barang-barangimpor menurun.
Sistim Nilai Tukar Mengambang Terkendali (Managed Float)

Sistim nilai tukar mengambang terkendali adalah sistim nilai tukar dimana nilai tukar dibiarkan berfluktuasi tanpa batas-batas yang ekplisit, tetapi bank sentral atau pemerintah dapat atau kadang-kadang melakukan intervensi untuk mencegah valutamereka berfluktuasiterlalutajamke satuarah.

Sistim Nilai Tukar Terpatok (Pegged Exchange Rate)

Sistim nilai tukar terpatok adalah suatu sistim nilai tukar dimana valuta suatu negara dipatokkan atau dikaitkan ke suatu valuta lain atau ke suatu unit perhitungan. Walaupun nilai valuta lokal tetap dalam hubungannya dengan valuta asing (atau unit perhitungan) yang menjadi patokkan, tetapi valuta tersebut bergerak mengkuti valutatersebut relatif terhadap valuta-valuta lainnya.

Salah sistim nilai tukar terpatok yang paling terkenal adalah sistim yang dibentuk oleh Masyarakat Ekonomi Eropah (MEE) pada bulan April 1972. Kemudian pada bulan Mei 1979 pembentukan sistim EMS (Europe Monetery System) dan dikaitkan ke ECU (European Currency Unit) yang merupakan unit perhitunganvaluta.

Metode pengaitan valuta Eropa ke ECU dikenal dengan Mekanisme Nilai Tukar (exchange rate mechanism-ERM). Tiap valuta mendapatkan nilai tukar pusat (central exchange rate -CER). Dari nilai tukar pusat ii, kurs pusat antar dua negara manapun dapat ditentukan.

Contoh:
Asumsikan kurs pusat dari franc Perancis dan mark Jerman berbasis ECU masing-masing 6,9 dan 2,06. Dengan informasi ini kita dapat menentukan bahwa kurs pusat antaramark Jerman (DM) dengan franc Perancis (FF) adalah:

Kurs pusat dari FF per unit DM
                                                                  
                                              =   = 3,35

Sebaliknya kurs pusat dari DM per unit FF dapat ditentukan dengan membalikan rasio diatas,yaitu 0,298

Dampak dari fluktuasi valuta lain atas negara-negara yang valutanya dipatok adalah apabila suatu valuta negara yang tidak dipatok mengalami depresiasi (atau apresiasi) terhadap valuta negara lain, maka valuta negara tersebut akan mengalami depresiasi (atauapresiasi) terhadapvalutanegara yangdipatok.

Ilustrasi:
Negara A valutanya berfluktuasi terhadap dolar AS Negara B valutanya dipatok terhadap dolar AS, Jika kurs negara A terhadap dolar AS adalah $0,5 dan kurs negara B terhadap dolar adalah $1,2 maka kurs silang negara A terhadap negara B adalah 2,4 unit ($1,2/$0,5).

Jika valuta negara A mengalami depresiasi terhadap dolar AS misalnya menjadi $0,4 maka kurs valuta negara A terhadap negara B akan mengalami depresiasi pula menjadi 3unit perunit valutaB ($1,2/$0,4).

2. Krisis Mekanisme Nilai Tukar

Mekanisme nilai tukar (ERM) mengalami beberapa masalah pada musim gugur tahun 1992, karena kondisi ekonomi dan sasaran ekonomi yang bervariasi antarnegara Eropa. Kebijakan ekonomi suatu negara di negara eropa yang menganut sistim ERM akan berdampak pada negara lain di eropa yang sama-sama menganut sistim tersebut.

Contoh:
Pada saat Pemerintah Jerman menerapkan suku bunga simpanan tinggi, maka yang terjadi adalah aliran dana dari negara eropa lainnya mengalir deras ke negara Jerman karena investor ingin mendapatkan keuntungan dari menanamkan dananya di Jerman tanpa kekuatiran dampak nilai tukar. Kebijakan Pemerintah Jerman akan memicu negara lain di Eropa (yang menganut sistim ERM) akan menaikan suku bunga simpanannya. Namun tidak demikian bagi Inggris dan Italia dimana kedua negara ini sedang memperbaiki pertumbuhan ekonomi sehingga kebijakan menaikan suku bunga pinjaman tidak dapat dilakukan. Untuk mengatisipasi pelarian modal ke luar negeri maka kedua negarauntuk sementara keluardari sistim ERM.

3. Intervensi Pemerintah

Alasan-alasan Intervensi:

  • Mengurangi fluktuasinilai tukar
  • Membentuk batas-batasimplisit nilaitukar
  • Bereaksiterhadap gangguan-gangguantemporer

Intervensi Langsung

Intervensi langsung adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh pemerintah atau bank sentral suatu negara untuk membeli mata uang negara yang bersangkutandi pasar valasdengan cadanganvalutaasing yangdimilikinya.

Intervensi Non Steril
Intervensi non steril adalah intervensi pada pasar valas tanpa menyesuaikan jumlah uangyangberedar.

Intervensi Steril
Intervesi steril adalah intervensi dala pasar valas yang diikuti dengan langkah lanjutan untuk mempertahankan jumlah uang beredar.






Intervensi Tidak Langsung

Intervensi tidak langsung adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh pemerintah atau bank sentral suatu negara mempengaruhi nilai tukarnya dengan cara mempengaruhi faktor-faktor yang menentukan nilai dolar itu sendiri, seperti menaikan ataumenurunkan suku bunga simpanan dan pinjamandalam negeri.

4. Zona Target Nilai Tukar

Zona target nilai tukar adalah batas-batas implisit yang dibentuk oleh bank sentral atau pemerintah suatu negera. Dalam zona target dibentuk kurs pusar (central rate) yang memiliki batas-batas tertentu (mirip dengan EMS).

Contoh:
Nilai tukar mark – dolar bisa saja memiliki kurs pusat $0,5 per unit mark dengan lebar band ± 6% sehingga menghasilkan batas atas $0,53 dan batas bawah $0,47.

5. Intervensi Sebagai Suatu Perangkat Kebijakan

Intervensi terhadap nilai tukar pada dasarnya merupakan suatu perangkat kebijakan, sama seperti undang-undang pajak dan jumlah uang beredar, yang bisa digunakan pemerintah untuk meraih tujuan-tujuan ekonomi suatu negara.

Dampak valuta lokal yang lemah atas perekonomian:

  • Mendorong permintaan luar negeri atas produk domestik (ekpor meningkat)
  • Menciptakan lapangan kerja (mengurangi pengangguran)
  • Meningkatkan inflasi (harga barang domestik cenderung naik)

Dampak valuta lokal yang kuat atas perekonomian:
·         Mendorong permintaan dalam negeri atas produk luar negeri (impor meningkat)
·         Hilangnya lapangan kerja (PHK sering terjadi - meningkatkan pengangguran)
·         Menurunkan inflasi (harga barang domestik cenderung turun)
Kesimpulan

·         Sistem nilai tukar dapat diklasifikasikan menjadi nilai tukar tetao, sistem nilai tukar mengambang bebas, sistem nilai tukar mengambang terkendali, sistem nilai tukar terpatok, dalam sistem nilai tukar tetap, nilai tukar konstan atau dibiayarkan berfluktuasi dalam batasan-batasan yang sangt sempit. Dalam sistem mengambang bebas, nilai tukar ditentukan oleh kekuatan-kekuatan pasar tanpa intervensi pemerintah. Dalam sistem mengambang terkendali, nilai tukar di biyarkan berfluktuasi bebas tanpa batasan-batasan eksplisit, tetapi bank setral mempunyai kebijakan intervensi disini. Sistem nilai tukar terpatok, niali suatu valuta di patokan ke valuta lain atau ke suatu unit perhitungan dan bergerak bersama-sama valuta tersebut dengan valuta-valuta lain.
·         Pemerinyah dapat menggunakan intervensi langsung dengan membeli dan menjual valuta dalam pasar valas, sehingga memperngaruhi kondisi permintaan dan penawaran. Dan selanjutnya mempengaruhi nilai ekuilibriumdari valuta. Pada saat pemerintah membeli suatu valuta dalam pasar valas, pembelian tersebut menciptakan tekanan kenaikan atas nilai ekuilibrium valuta yang dimaksud, sebaliknya ketika pemerintah menjual suatu valuta dalam pasar valas, penjual tersebut menciptakan tekanan penurunan atas nilai ekuilibrium valuta tersebut.
·         pemerintah dapat menggunakan intervensi tidak langsung, dengan mempengaruhi faktor-faktor ekonomi yang mempengaruhi nilai tukar ekuilibrium.
·         Ketika intervensi pemerintah digunakan untuk melemahkan dolar AS, dolar yang lemah akan merangsang prekonomian dengan mengurangi permintaan inpor dan meningkatkan permintaan luar negri atas produk-produk AS. Jdi dolar yang lemah cendrung mengurangi pengangguran tetapi bisa menikan inflasi.









Daftar Pustaka
Jeff Madura, International Financial Management, 4th , Prantice Hall































Pengaruh Pemerintah Atas Nilai Tukar
Di
S
U
S
U
N

Oleh GROUP 12

ADE RIANDAR PUTRA
SATRIA CANIAGO
AMRIL KATALIS


Fakultas ekonomi
Universitas syiah kuala
Banda Aceh, 2014
Pendahuluan

Periode krisis dan periode stabilitas silih berganti mewarnai perekonomian. Berbagai negara di dunia telah mencoba berbagai macam sistem moneter Internasional yang berlainan. Di abad dua puluh dimulai dengan sistem dengan sistem nilai tukar yang berdasarkan standar emas. Meskipun sistem ini mengalami krisis periodik semasa tahun-tahunan sesudah perang dunia 1, namun sistem ini kemudian berakhihr dengan adanya perang dunia 2, ketika banyak pemerintah beralih dari sistem nilai tukar emas dengan menganut sistem nilai tukar lainnya. Dalam sistem nilai tukar ada kalanya pemerintah mengintervensi atau ikut campur tangan dalam kegiatan sistem niali tukar di sebuah negara. Dengan adanya intervensi dari pemerintah terhadap sistem nilai tukar di suatu negara dapat berdampak baik terhadap ekonomi di negara tersebut atau sebaliknya. Maka pada bab ini akan di  jelaskan lebih lanjut mengenai pengaruh intervensi pemerintah terhadap sistem nilai tukar.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar